+AdsClickAndWin+

+PencintaSeni+

+NotaKecil+

bangkit,
tulang belakang bukan untuk sempit,

tulang jari-jemari,
menghaluskan apa yang seni.

Thursday, June 11, 2009

kamar kecil dan sempit

Saat lenanya tidur itu, sambil mendakap bantal, yang penuh dengan liur, bersama bekas-bekas zina, tentang satu kisah cinta yang lama, yang lapuk, berabuk.

Didatangi anak kecil yang membawa kau untuk berdiri, ditengah-tengah tanah kontang, mulut yang dahulunya gah bercerita, yang gah menjilat apa yang bukan hak kau, kelu bagai diikat cawat berduri, biar mulut kau bernanah, biar, biar bernanah setiap pelusuk kulit.

Ditemani wali, yang makan sebelum kenyang, yang mencari harta untuk menderma, mencari harta yang berjuta, namun pakaiannya tidak sesekali diumpat keji. Dibawa dia ke tanah gembur, yang membirukan langit, dan menghijaukan bumi.

Tidak seperti yang dilihat hari-hari, yang dipakai orang kaya tidak kenal erti rezeki.

Digenggam tanah kering kontang, keras, namun terlalu rapuh untuk digenggamkan. Bila digenggam yang gembur itu, walaupun ia diterangi perit mentari, tanahnya suci disiram lima kali sehari.

Terjaga, bukan untuk kau meronta ketakutan, bukan untuk kau memaki tuhan, apatah lagi untuk kau berasa diri kau keji, cuma untuk kau kenal kebesaran agung, agar kau sentiasa membirukan langit dan menghijaukan bumi, tidak lagi ada hati yang rapuh diterik mentari, yang peritnya kau disiksa, tapi tidak mati.

3 comments:

  1. Manusia sebaik-baik ciptaan Allah..
    bersyukur kerna kita masih diberi peluang dan nikmat untuk kita merasa Allah itu dekat dengan kita....

    ReplyDelete
  2. betul kata qa tuh~
    puisi yg indah enchek zaid!

    ReplyDelete
  3. Salam Zaid,

    "tidurlah dengan hati yang terbuka" ...

    ReplyDelete

Okey, aku rasa kalau korang bagi komen dekat entry aku korang lagi cool